Oleh: raudhah1708 | Juni 29, 2009

PENGUMUMAN UMB-PTN 2009

UMB-PTN

Pendaftaran Mahasiswa Baru Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri

Buat teman yang mau lihat pengumuman UMB-PTN ni link nya..

Mudah- mudahan lulus ya… amin….

PENGUMUMAN UMB-PTN 2009

umb

syukran ‘ala ihtimamikum

wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Oleh: raudhah1708 | Maret 24, 2009

Tips Memilih Jurusan di PTN

Memilih jurusan kuliah bukan urusan yang mudah dan bukan persoalan yang sepele. Banyak faktor yang harus diperhitungkan dan dipikirkan masak-masak. Memilih secara tergesa-gesa tanpa memperhitungkan segala aspek akan berakibat fatal mulai dari kesadaran yang terlambat bahwa jurusan yang diambil tidak sesuai dengan kepribadian sampai pada drop out / DO atau dikeluarkannya seorang mahasiswa / mahasiswi karena dinyatakan tidak mampu mengikuti pendidikan yang diikutinya. Maka dari itu pemilihan jurusan sedini mungkin harus mulai dipertimbangkan. Salah pilih jurusan merupakan bencana dan kerugian yang besar bagi Anda di masa depan.

Cara memilih jurusan di Perguruan Tinggi yang baik:

1. Menyesuaikan Cita-Cita, Minat dan Bakat

Bagi yang telah memiliki cita-cita tertentu, maka lihatlah jurusan apa yang dapat membawa menuju profesi atau pekerjaan yang diinginkan tersebut. Janganlah memilih jurusan teknik geodesi jika Anda ingin menjadi seorang dokter ahli kandungan dan jangan pula memilih jurusan sastra jawa jika bercita-cita menjadi polisi.

Sesuaikan jurusan yang ingin diambil dengan minat dan bakat. Jika tidak menyukai hitung-hitungan janganlah mengambil jurusan matematika dan jika tidak menyukai menggambar jangan mengambil jurusan teknik sipil. Kemudian lihat bakat anda saat ini. Mengembangkan bakat yang sudah ada disertai dengan rasa suka dan cita-cita pada suatu jurusan studi akan menjadi pilihan yang tepat.

2. Informasi yang Sempurna

Carilah informasi yang banyak sebagai bahan pertimbangan anda untuk memilih jurusan. Cari dan gali informasi dari banyak sumber seperti orang tua, saudara, guru, teman, bimbel, tetangga, konsultan pendidikan, kakak kelas, teman mahasiswa, profesional, dan lain sebagainya. Jangan mudah terpengaruh dengan orang lain yang kurang menguasai informasi atau ikut-ikutan teman / trend.

Internet juga merupakan media yang tepat dan bebas untuk bertanya kepada orang-orang di dalamnya tentang apa yang ingin kita ketahui. Cari situs forum atau chating melalui messenger dengan orang yang dapat dipercaya. Semua informasi yang didapat dirangkum dan dijadikan bahan untuk membantu memilih jurusan.

3. Lokasi dan Biaya

Bagi orang yang hidup dalam ekonomi atas, memilih jurusan tidak akan menjadi masalah. Biaya yang nantinya harus ditanggung dapat diselesaikan dengan mudah baik dari pengeluaran studi, biaya hidup, lokasi tempat tinggal, dan lain sebagainya. Bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, lokasi dan biaya merupakan masalah yang sangat diperhitungkan.

Jika dana yang ada terbatas maka pilihlah lokasi kuliah yang dekat dengan tempat tinggal atau lokasi luar kota yang memiliki biaya hidup yang rendah. Pilih juga tempat kuliah yang biaya pendidikan tidak terlalu tinggi. Jika dana yang ada nanti belum mencukupi, maka carilah beasiswa, keringanan, pekerjaan paruh waktu / freelance atau sponsor untuk mencukupi kebutuhan dana anda. Jangan jadikan pula uang sebagai faktor yang sangat menghambat masa depan Anda.

4. Daya Tampung Jurusan / Peluang Diterima

Perhatikan daya tampung suatu jurusan di PTN dan PTS favorit. Pada umumnya memiliki kuantitas yang terbatas dan diperebutkan oleh banyak orang. Jangan membebani diri anda dengan target untuk berkuliah di tempat tertentu dengan jurusan tertentu yang favorit. Anda bisa stres jika kehendak anda tidak terpenuhi. Buat banyak pilihan tempat kuliah beserta jurusannya.

Ukur kemampuan untuk melihat sejauh mana peluang menempati suatu jurusan di tempat favorit. Adanya seleksi massal yang murni seperti UMPTN, SPMB, Sipenmaru dan lain sebagainya dapat menjegal masa depan studi Anda jika tidak persiapkan dan diperhitungkan matang-matang. Pelajari soal-soal seleksi dan ikuti ujian try out sebagai percobaan Anda dalam mengukur kemampuan yang anda miliki.

Namun jangan terlalu minder dengan hasil yang didapat. Jika pada SPMB ada 2 jurusan yang dapat dipilih, pilih satu jurusan dan tempat yang Anda cita-citakan dan satu jurusan lain atau lokasi lain yang sesuai atau sedikit di bawah kemampuan Anda.

5. Masa Depan Karir dan Pekerjaan

Lihatlah ke depan setelah Anda lulus nanti. Apakah jurusan yang Anda ambil nanti dapat mengantar Anda untuk mendapatkan pekerjaan dan karir yang baik? Banyak jurusan-jurusan yang saat ini lulusannya menganggur tidak bekerja. Tidak hanya orang dari jurusan tertentu saja yang dapat bekerja pada suatu profesi, karena saat ini rekrutmen perusahaan dalam mencari tenaga kerja tidak melihat seseorang dari latar belakang pendidikan saja, namun juga pengalaman. Tetapi jika kompetensi, keberanian dan kemampuan anda jauh dari orang-orang normal, maka jurusan apapun yang Anda ambil sah-sah saja.

Biarkanlah hati dan akal sehat Anda bicara tanpa adanya campur tangan dari orang lain. Konsultasikan dengan orang tua dan orang lain yang anda percayai. Pemilihan jurusan kuliah sangat menentukan masa depan Anda. Selamat berjuang!

Sumber: Organisasi.org

Oleh: raudhah1708 | Oktober 13, 2008

KABAR GEMBIRA………!

As-salamu’alaikum………

Alhamdulillah berkat do’a antum semuanya akhirnya site kita akhirnya siap juga. Jadi yang mau lihat Informasi terbaru kita sekarang tinggal klik link di bawah ini.

Wassalamu’alaikum salam wr, wb

situs baru kita

situs baru kita

http://raudhah1708.co.cc

Oleh: raudhah1708 | Oktober 13, 2008

Ahlan Wa Sahlan…

As-Salamu’alaikum wr, wb

Ahlan wa sahlan teman-teman semua,selamat datang di site terbaru kita semoga dengan adanya site ini dapat mempererat tali silaturrahmi di antara kita para Alumni ke-17 Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, Amin……

Saya selaku Administrator site ini mohon maaf sebelum dan sesudahnya apabila ada kesalahan pada tulisan dalam site ini.

Oleh karena itu buat teman-teman yang mempunyai usulan buat pengembangan site ini atau ingin tulisannya di muat pada site ini silahkan kirim e-mail ke andra.boys@yahoo.co.id

wassalamu’alaikum wr, wb

Oleh: raudhah1708 | September 4, 2008

SIAPAKAH AKU ?

SIAPAKAH AKU ?

By. Muhammad Zein Nawawi

Pemenang I

Lomba penulisan Cerpen Peringatan 25 Tahun Raudhatul Hasanah

Nb: Maaf, jika ada kesalahan dalam cerpen ini, itu berasal dari diri saya. Sedangkan kebenaran, datangnya hanya dari Allah, jadikanlah cerpen sebagai wadah da`wah.

22 Maret. 09:00

“flo…flo…luoris…tug…tug…re…bound…niruana rahmatullah” dosenku memanggilku terbata-bata.
“Ha…ha…ha…
” Seisi kelas menertawakanku.
“Sabar…sabar ya !” Suara disebelahku diantara tawa teman-temanku, cukup memberiku ketenangan, pemilik suara adalah Mariena.
“Uh…! Inilah bagian hidup yang paling kubenci sekaligus yang sangat sulit kulalui, karena nama yang panjang dan sulit untuk diucapkan.
Fluoristugrebound nirvana rahmatullah, itulah namaku. Nama, mungkin sebagian orang menganggapnya adalah doa, lebih-lebih bagi seorang muslim. Tapi apa daya, aku yang terlahir muslim, tapi sama sekali tak mengerti apa makna namaku. Pernah terbesit dibenakku untuk bertanya kepada si pemberi nama, tapi aku tidak tahu siapa pemberi nama itu.
Aku dilahirkan disalah satu rumah sakit besar di kota Medan. Aku dibesarkan oleh seorang dokter yang bekerja dirumah sakit tersebut, dan tinggal di perumahan elit Medan. Aku dipeliharanya sejak umur 1 tahun, aku tumbuh tanpa mengenal siapa kedua orang tuaku sendiri, bahkan nama merekapun aku tak tahu. Aku hanya mengenal mereka lewat sebuah foto yang diberi ibu asuhku, aku pernah bertanya kepada ibu asuhku.
“kedua orang tuamu adalah mujahid sejati, ayahmu seorang tentara Allah yang pernah berjuang di afghanistan, sedangkan ibumu seorang Dai`ah yang menyiarkan syari`at islam di pengajian-pengajian, arisan ibu-ibu yang sebelumnya hanya diisi dengan gosip-gosip murahan. Mereka meninggal karena sebuah insiden kecelakaan pesawat terbang Garuda Air sewaktu ingin berangkat keluar negri. Mengenani namamu, ibu kurang tahu pasti, yang ibu mengerti hanya Rahmatullah aja,” Jelas ibu asuhku.
“Kalau gitu flo juga tahu, artinya Rahmat Allah, iyakan bu ?”
“Bukan, bukan artinya, kalau itupun anak-anakpun tahu, tapi yang terpenting adalah sejarahnya.” Bantah ibu asuhku langsung.
“ Ya…ceritakan dong bu, please!”. Mohonku.
“ Sewaktu ibumu mengandungmu diusia kandungan 8 bulan, ibumu terserang kangker rahim, disaat hendak melahirkanmu. Lalu ayahmu diberi 2 pilihan yang sulit.” Ibu asuhku terdiam saat mengingat kejadian itu.
“Apa pilihan itu, sepertinya sulit sekali”.
“Memilihmu atau ibumu”. Aku tercengang, begitu sulit kah ?
“Terus ayah memilih siapa?” tanya aku gak sabar.
“Karena kalut, ayahmu hanya pasrah kepada Allah. Diapun menyerahkan persoalan itu kedokter spesialis bersalin ibu, kemudian operasi ceasar-pun dilaksanakan. Saat-saat genting, dimana operasi hampir berhasil dan kau berhasil dikeluarkan dari rahim, ibumu mengalami pendarahan hebat. Suasana ruangan menjadi tegang, semua dokter mulai panik, tapi mukjizat itu datang, ibumu selamat dan kau juga selamat. Demi keselamatan ibumu, rahimnya diangkat dan ia pun tidak bisa hamil lagi”. Penjelasan yang akurat, aku termenung mendengarkan semuanya. Sesulit itukah aku lahir.
Aku tumbuh menjadi remaja dengan IQ yang berlebihan, sejak SD mulai kelas 1 sampai kelas 6 juara kelas selalu kudapat, tapi aku belum pernah melihat buku Rapot-ku, bahkan sewaktu tamat, ketika aku mendapat NEM 9,51, aku tidak melihat ijazahku, padahal akusangat ingin tahu identitasku. Sipakah aku ini sebenarnya ?.
Demi mewujudkan impian kedua orangtuaku, ibu asuhk mendaftarkanku ke salah satu pesantren terbesar di Medan. Tidak berbeda dengan SD, aku selalu dapat 10 besar dan tidak pernah melihat rapot-ku. Suasana di pesantren yang tenang, bersahaja, disiplin dan penuh perjuangan membuatku mengerti akan sebuah perjuangan. Perjuangan yang dilakukan kedua orangtuaku, perjuangan yang dilakukan oleh ibu asuhku, tak terasa 6 tahun kulalui kehidupan di Pesantren. Saat-saat detik terakhir sewaktu aku mau menghadapi UN, aku diberi tawaran masuk Universitas ternama di sumatera melalui jalur PMDK.
Pada akhirnya, akupun berhasil masuk ke Universitas sumatera Utara (USU) fakultas kedokteran. Semua persyaratan masuk, pendaftaran dan segala persyaratan administrasi, diurus oleh ibu asuhku. Aku selalu memperhatikan kegigihannya, ia sangat bersemangat ketika aku berhasil lolos di Univesitas ternama, apalagi aku dapat duduk di fakultas kedokteran.mengingat dirinya juga seorang dokter, dalam hatiku berkata pada diriku sendiri “ supaya aku giat dalam belajar dan memberikan yang terbaik kepada ibu asuhku”.
Kehidupan ibarat roda, roda selalu berputar pada porosnya. Kadang berada diatas, kadang juga berada dibawah. Begitulah kehidupan yang selalu berputar dan berubah tanpa mengenal henti. Periwtiwa yang sama terjadi pada kehidupanku, setelah keluar dari Pesantren, aku lost control terhadap diriku. Bagiku yang lama terkekang dalam kehidupan penuh disiplin, begitu menyelesaikan study, seolah-olah aku merasa telah terbebas dari kekangan penjara suci. Jiwaku meminta kebebasan, hati nuraniku dikalahkan oleh nafsu jahatku. Akibatnya aku mulai berubah sedikit demi sedikit, aku yang dulunya penurut mulai menjadi pembangkang, aku dulunya tak mengenal minuman keras kini minuman itu tak asing lagi bagi diriku. Shalatku pun tidak teratur, aku selalu pulang larut malam, selalu membuat ibu asuhku cemas. Tapi Allah tidak hanya melihat tapi menunggu, saat berada di puncak kegalauan jiwa, ia memberiku hidayah melalui seorang gadis cantik yang mempunyai kebeningan hati.
Hidayah itu datang saat aku mengadakan pesta pora alkohol dengan teman-temanku di sebuah kafe, kami pulang dengan kesadaran yang mulai menghilang karena effect dari alkohol. Aku berjalan terlunta-lunta menuju pelataran parkir, aku mendekati tiger 3000 ku, tiba-tiba aku merasa dunia berputar-putar. Pandanganku berkunang-kunang, akhirnya semua menjelma menjadi raksasa hitam yang menyelimutiku.
Kepalaku masih berat, seketika membuka mataku, samar-smar aku melihat wajah cantik yang diselubungi kain putih. Apakah aku sudah meninggal ? Apakah didepanku ini malaikat mautmu ya Allah ? Saat pandangku mulai normal, aku tertegun , wajah didepanku ini ternyata milik wanita cantik nan jelita, penuh pesona dan teduh. Mariena rupanya, mahasiswi kedokteran yang sama denganku.
“ Kamu pingsan dipelataran kafe yang terletak didepan rumahku. Kamu ngapain sih, mabuk-mabukan ya !”. SeLidiknya.
Mariena menesahiku agar mulai menjauhi minuman keras, karena barang itu merupakah sumber mala petaka. Mulai saat itu Mariena mulai menjadi penerang jalanku, penerang batinku, pencerah imanku, dan ia juga sering mengajakku untuk mengikuti pengajian, ceramah dan berbagai seminar agama. Berkatnya, aku kembali ke fitrahku, tapi aku merasa ada yang mulai tumbuh dihatiku, sebuah perasaan yang susah kuartikan, tapi aku tetap bersyukur karenanya aku kembali mengenal Allah yang sebelumnya aku melupakan-Nya. Alhamdulillah !

* * *
22 maret. 12:00

“Treeeeet, treeeeet, treeeeet….”. Bel akhirnya berbunyi.
“Alhamdulillah”. Ucapku dalah hati.
“Flo, ke kantin yuk! Anto, regar, imam dah nunggu tuh”. Ajak rina yang duduk disampingku.
Kamipun tiba dikantin, lambaian tangan menandakan disitu Anto, Regar dan Imam nongkrong. Kamipun langsung mengambil tempat duduk.
“Flo, jadi gak ikutan seminar ?”. Tanya Mariena sambil mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
“Masak Cuma Flo yang ditanya, awak tidak!”. Ledek Regar dengan logat bataknya.
“Kamu cemburu ya gar…”. Imam ikut-ikutan.
“ha… ha..ha..ha..” Kami tertawa mendengar gurauan itu.
“Jadi, tapi kasih tahu dong apa yang dibahas.” Pintaku ke Mariena.
“Kan udah dikasih tahu! Lupa lagi ya..?”. Ejek Mariena.
Aku ngangguk dengan pasrah.
“Tentang Liberalisme, Pluralisme dan Pundamentalis.” Lanjutnya dan mulai membaca apa yang dikeluarkan dari tasnya barusan, sesuai pikiranku, pasti komik Naruto.
“Rina…jelaskan dong apa makna yang kau katakan tadi, secara global aja”. Pintaku cengengesan.
“Uuuhhh….” Mariena mendengus sebal lalu kemudian menatapku.
“Liberalisme itu aliran islam yang semua masalah agama dianggap logika. Lain lagi dengan pluralisme, itu aliran yang menganggap semua agama sama, bermacam macam tapi akan bermuara pada suatu titik yaitu Tuhan. Ibarat sungai yang bercabang-cabang pasti bermuara ke laut.” Lanjut Mariena sambil menggambar sesuatu diatas kertas dengan pensil.
“Kalau sekularisme serta Pundamentalisme apaan..?’
“Sabar dong! Sedangkan sekularisme itu aliran yang tidak beragama, sebagaian pemikir islam menamakan mereka autisme dan komunisme. Kalau pundamentalisme itu, aliran islam yang sangat berpegang teguh kepada al-qur`an dan hadist, tetapi mereka terlalu ekstrem dan tidak menerima ijtihad ulama”. Papar Mariena dengan sabar.
“Ekstrem maksudnya apaan.’ Ada sedikit yang aku pahami.
“Semua yang tidak ada di al-Qur`an dan sunnah pada zaman ashrittanjil (zaman seketika nAbi Muhammad hidup) itu haram bila dilakukan, naik mobil misalnya, bagi penganut pundamentalisme itu haram, karena pada zaman nAbi tidak ada mobil”.
“Oooooooo…”. Gumamku. Aku kembali memperhatikan makhluk didepanku ini, masih saja membaca komik. Orangnya pintar, religi tapi bacaannya Naruto.
“rina…kenapa sih kamu suka baca Naruto”. SeLidikku.
“Orang bisa mengambil pelajaran dari suatu buku itu namanya hebat, tapi yang bisa mengambil pelajaran dari komik, super hebat namanya”.Jawabnya sambil mengacungkan jempol kearahku.
“Yang betul aja…pelajaran apasih yang diambil dari situ?”.
Sambil menghadap ke arahku mariena menjawab.
“Tekad pantang menyerah, melindungi orang yang berharga baginya, walau harus mengorbanjkan nyawa dan persahabatan!”. Aku kagum dibuat jawabannya.
Mariena ini bisa ngambil pelajaran dari mana saja, ditengah kekagumanku, aku dikejutkan oleh suaranya.
“Tapi bukan hanya itu loo….! Ceritanya juga seru, jurus-jurusnya keren, apalagi tokoh-tokohnya.” Jelas Mariena seenaknya.
“ ?!@#$%^&*>?>?>?>?@!@##@#@”. Aku terbengong.
“Nampaknya, hari yang secerah ini Cuma punya dua orang manusia, ya !” Kata Togar dengan logat bataknya.
“ Looo… kok gitu.” Tanya Anto.
“ ya, kau tengoklah, dari tadi kita dikacangi sama itu…itu..?” Sambil membonyongkan bibir kearahku dan Mariena.
“ Napa…kau iri?” Tambah Imam ikut-ikutan.
“ Bah iri apa, mana mungkin aku iri, si Butet di Tapsel sana udah menungu, kalau aku selingkuh, bisa disembelih aku.”
“ trus kenapa ayooo…” timpal Anto.
“Muak aku, nah gini aja, cemana kalau kita nikahkan aja dua orang ini, supaya kalau ,mereka diskusi cukup di rumah aja. Bukan di kantin sama kita, kalau diskusinya lama, bekerak juga aku mendengarnya, iya gak ? semua tertawa kecuali aku dan Mariena. Inilah Ragar yang orangnya selalu ceplas-ceplos, kalau udah ngomong suka nenek moyangnya aja, dengusku dalam hati. Aku melirik ke arah Mariena, pipinya merah merona menahan malu karena gurauan Regar.
“Yuk ke Seminar, nanti telat.” Ajakku. Ini upaya terakhirku untuk meloloskan diri dari ejekan dan gurauan Regar. Yang makin lama makin tak karuan.

* * *
22 maret. 16.30

kepalaku nyut-nyutan, seminar tadi sangat menyita tenagaku. Penat , lelah, lesu selu. Otakku berputar mencari solusi, ting ! aku mendapat ide, kepalaku celingkak celingkuk mencari sosok Mariena diantara keramaian.
“Brugh…sesosok wanita bercadar menabrakku. Buku yang dipeganggnya jatuh berserakan diatas tanah. Kukutipi bukunya yang berserakan diatas lantai, aku baru sadar ternyata wanita itu memperhatikan wajahku.
“Maaf ya bu…”. Aku minta maaf.
“Ngag apa-apa, Assalamualaikum.”
Aku terus memperhatikannya, sampaitidak kelihatan lagi sosok tadi mengorek kenangan yang ada di dalam benakku, aku tak tahu apa itu.
“Hei”.Suara Mariana membuyarkankan lamunanku.
“Ada apa ?”. tanyanya
“Nggak apa-apa kok,oh iya minum bareng yuk, menyegarkan pikiran, ada yang ingin kutanyakan tentang seminar tadi”. Ajakku.
“Aduh gimana ya…bukannya aku nolak,tapi aku udah punya janji, sorryya..!”

“Oh…gak apa-apa, sendirian juga gak masalah, Assalamualaikum “.
“ Waalaikum Salam, hati-hati ya !”

* * *
22 Maret. 17.00

aku tiba disalah satu Mall terbesar di kota Medan, satu persatu ekskulator kutaklukan,hingga akhirnya aku berada dilantai tertinggi dari Mall tersebut. Tujuanku kali ini hanyalah satu, yaitu toko buku Gramedia, untuk melihat buku-buku terbaru. Beberapa langkah lagi menuju toko buku, aku mendengar suara yang tak asing lagi ditelingaku.
“Andrea, sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu , yang penting sekarang teguhkanlah imanmu dan kuatkan tekadmu”. Aku melirik kesamping, salah satu tangan Mariena menggenggam tangan seseorang dan satunya lagi menghusap pipi orang tersebut. Aku berusaha melihat wajah wajah itu, tapi tidak bisa. Karena terlindungi oleh dinding.
“Jadi gimana?” Tanyanya dengan suara serak, aku yakin itu tadi suara andrea.
“ Ya udah jangan nangis lagi dong kembali ke fitrahmu, kan bisa tinggal di rumahku, dengan begitu aku bisa membantumu”. Sejurus kemudian Mariena memeluk orang itu. Aku yang dari tadi hanya mendengar dan melihat mulai muak, aku bergegas keluar mall itu.
Bagaimana bisa Mariena yang jilbaber itu memeluk seorang lelaki, yang mana biasanya akan menolak bila diajak bersalaman dengan lawan jenis, “Bukan muhrim” katanya memberi alasan. Tapi hari ini bukan hanya sekedar bersenTuhan kulit, tapi berpelukan dengan lawan jenis. Apakah ini alasannya menolak ajakanku, dadaku mulai panas.
Apa yang diterangkan padaku, apa yang diajarkan kepadaku tempo hari, tentang toleransi dalam agama. Konsekwensi dalam ibadah, sampai dekadensi moral, apakah itu semua kebohongan belaka ? Bukankah apa yang barusan ia lakukan salah satu perbuatan dekadensi moral ? Inikah yang dikatakan munafiq ?
Aku terus berjalan pelataran parkir, kemarahanku terhadap kemunafikan Mariena telah memuncak.
Tunggu, aku merasa ini bukan kemarahan yang disebabkan kemunafikan Mariena semata, tapi kemarahan yang disulut api kecemburuan, apakah aku mulai mencintainya ?”
Aku men-start sepeda motorkudengan emosi, kupacu honda tiger 3000 itu dengan kecepatan maksimal.
Tes…tes…suatu menetes diatas helmku, setetes demi setetes menjadi guyuran hujan deras. Cukup! Hari ini semua mempermainkanku, Mariena, sampai hujanpun ikut-ikutan meledekku. Emosiku mengalir mengikuti darah dan tiba kejantung membuat efek, bertammbahnya denyut jantung, dan menguap dari kepala, emosiku sudah sampai batasnya. Akhirnya aku tidak bisa mengendalikan diriku, diantara derasnya hujan aku menambah kecepatan. Aku sempat melirik ke Speed Meter tigerku “ 160 km/jam”.
Aku terus memacu tigerku dengan kesetanan.
“Doooor”. Aku mendengar suara letusan, seperti letusan pistol atau ban kreta. Sepeda motorku oleng, apa yang terjadi. Aku berusaha mengerem, ban tigerku berdecit diantara deru hujan. Aku tidak bisa mengontrol gerakannya,.
“Duakkrrrttt…..”. Aku menabrak dinding trotoar. Untuk seperkian detik, dunia berhenti berputar, jam berhenti berdetak, jantungku berdegup. Aku merasa diriku sekarang melayang, jiwa seperti tercabut dari raga.
“Bruuuuuugyh..”. Tubuhku terpental belasan meter dari tigerku, aku merasa begitu dekat dengan kematian, bayangan putih berkelabat dikepalaku. Apakah itu malaikat maut ? Pandanganku pudar, sebelum kesadaran sirna, orang-orang disekitarku berteriak panik, pada akhirnya semuanya gelap.

* * *

Aku terus berjalan kesana kemari, mondar mandir di Padang Pasir ini. Tempat apa ini ?
Seperti baru kali ini ku melihatnya, sejauh mata memandang hanya hamparan pasir kuning yang terlihat. Aku terus berlari tanpa arah, sampai aku melihat diujung sana sebuah istana dengan pepohonan tumbuh disekitarnya. Istananya sangat megah, istana yang belum pernah kulihat dalam sejarah, peradaban, bahkan di film sekalipun. Tapi ketika aku mendekatinya, ia terus menjauh, aku terus berusaha, tapi hasilnya selalu nihil. Ia selalu menjauh, seolah-olah menghindar dariku. Aku tertunduk lemas, apa arti semua ini ? Belum sempat mengartikannya, ada hembudan hawa panas dari balik tubuhku. Aku melirik kebelakang, muncul semburan api dari tanah menuju kearahku. Gawat! Kukumpulkan segenab tenaga,akupun lari sekencang-kencangnya, anehnya istana yang tadinya menjauh sekarang mendekatiku, api di belakangku terus menyembur tanpa henti, aku terjerembab kehAbisan tenaga, setengah tubuhku terletak diatas rumput dan setengahnya dilahap, aku merasakan panas menjalar dari kakiku menuju pahaku dan berhenti di pinggang, panas itu terus menyiksaku, hingga aku hilang kendaraan .
Seluruh badanku nyilu, seribu jarum seperti menusuk setengah tubuhku sakit, aku membuka mata, tapi terasa sangat berat, ku usahakan lagi untuk membukanya, aku hanya melihat putih, tempat apa lagi ini. Kuarahkan pandanganku kekiri, aku tak percaya atas apa yang kulihat, napasku tercekat, mulutku terkunci, bagaimana bisa seorang laki laki dan perempuan setengah baya yang biasanya aku hanya melihatnya dari photo, wajah yang seharusnya telah meninggal saat ku berumur satu tahun. Apakah aku sudah meninggal ?” apakah tempat ini alam barzah ?”
“ Apa kalian Abi dan umiku ?” Tanyaku.
Laki-laki serta perempuan berwajah teduh mengangguk bersamaan sambil tersenyum.
“ Apakah aku sudah meninggal, sampai aku dapat berjumpa dengan Abi dan ummi. Ummi, apakah ini alam barzah ?” Tanyaku terbata kepada Abi dan ummi. Ummi menunduk sedih.
“ kamu belum meninggal zaid, mungkin sekarang saatnya kamu harus mengetahui kebenaran. Ia kan mi.” Tanya Abi ke ummi.
Lagi lagi dia hanya mengangguk.
“ Sebenarnya kematian…”
“ Assalamualaikum.” Laki-laki berseragam polisi masuk.
“ Waalaikum Salam.” Kami menjawab serentak.
“ Setelah kami seLidiki penyebab kecelakaan anak bapak, didapat sebuah peluru di dalam ban tigernya. Kemungkinan besar ini bukan kecelakaan alami, tapi……….” Polisi itu ragu-ragu untuk melanjutkan kata-katanya.
“ Pembunuhan.” Polisi itu melanjutkan.
Aku terperangah, siapa yang ingin membunuhku.
“ Masya Allah.” Ummi tidak dapat menahan kegelisahannya.
“ Tapi jangan kuatir, rumah sakit ini telah dijaga ketat oleh polisi-polisi. Dan segala perkembangan dari kasus ini, akan kami laporkan. Permisi .” Polisi itu beranjak keluar, aku menatap Abi dan umi memohon penjelasan atas apa yang sebenarnya terjadi terhadap hidupku ini.
“ Baiklah, kematian Abi dan ummi hanya kebohongan belaka.” Ujar Abi.
“ Tapi, kenapa Abi dan ummi tega membohongiku ?” Kataku sedih memohon penjelasan dari mereka.
“ Itu demi keselamatanmu.” Tiba-tiba ibu asuhku masuk.
“ Apa……..!” Sepontan aku tak percaya.
“ Betul ada sebuah kelompok yang menginginkan kematian mu, yang akan menjadi penerus kami, menentang aliran sesat.” Ummi mulai angkat suara.
“ Bagaimana ini bisa terjadi ? Kelompok apa ?” Ku bertanya tiada henti.
“ Abi ceritakanlah semuanya, Zaid memang harus mengetahui kebenaran itu !” Sela Ummi.
“ Baiklah, Abi dan Ummi adalah seorang aktivis yang berusaha sekuat tenaga menantang aliran sesat. Kami ini satu profesi dan merasa cocok, kamipun menikah dan melanjutkan aktivitas. Setelah informasi terkumpul, kami mengetahui bahwa aliran sesat dan paham liberalisme, pluralisme dan sekularisme dalam Islam mendapat suntikan dana dari sebuah gereja di Vatikan-Roma. Kami terus berusaha membongkar apa yang ada pada mereka, kami berusaha menyiarkan itu semua melalui media masa, itu semua kami lakukan hanya untuk menegakkan kebenaran. Karena merasa terganggu oleh gerakan kami, pimpinan-pimpinan gereja mulai meneror kami.” Papar Abi panjang lebar.
“ Di rumah sakit, dan di kamar ini kau lahir disaat Ummimu terserang kangker lahir. Kau lahir dengan selamat berkan ridha Allah, dan usaha dokter spesialis yang profesional yang membantu persalinan ummimu. Abi mempunyai seorang adik kandung, dia adalah…….” Abi memandang ibu asuhku yang sembari mengangguk.
“ Orang yang mengasuhmu sejak umur satu tahun.” Ungkap Abi.
“ Apa…rumah sakit ini, kamar ini dan ibu asuhku ternyata potongan mozaik hidupku. Mereka saksi kelahiranku, dan….ibu asuhku adalah adik kandung Abiku. Aku sadar ini adalah kekuasaan Allah. Tak terasa air mata membasahi wajahku.”
“ Kau tumbuh mengejutkan, kau mampu berjalan disaat usia 7 bulan, dan bicara di umur 1 tahun. Kita hidup penuh kebahagiaan.” Abiku berhenti, membayangkan saat-saat indah itu.
“ Dan teror itupun datang…” Abi tidak mampu melanjutkan lagi. Terpancar dari wajahnya kengerian kejadian itu.
“ Abi mendapat telephone yang berisi mengancam keselamatanmu, kamu yang terlahir jenius dan menjadi penerus kami, akhirnya semuanya disamarkan. Kau kami titipkan ke adik kandung Abi, hingga namamupun disamarkan dengan nama “Fluoristugrebound nirvana rahmatullah.” Lanjut Abi dengan wajah sedih.
“ Jadi siapa namaku sebenarnya ?” Tanyaku lagi.
“ Zaid Alkhusairy.” Jawab Ummi.
Indahnya nama itu, andai aku mengenal nama itu dari dulu, dibandingkan dengan namaku yang dulu, beda jauh. Gawat, ada hal yang kulupakan.
“ Jadi bagaimana dengan rapor-rapor aku dan ijazah-ijazahku ?” Tanyaku tegang.
Seandainya ku yang bernama Zaid Al-Khusairy, tapi berijazah Fluoristugrebound nirvana rahmatullah.
“ Jangan takut.” Ibu asuhku menenangkan.
“ Semua rapor dan Ijazahmu bertuliskan Zaid Al-khusairy, untuk semua kepala sekolahmu dan dekan fakultasmu adalah kenalan ibu. Jadi gaak usah mengadakan negoisasi. Makanya sebelum kamu menerina rapot dan ijazah, ibu duluan mengambilnya.” Ibu asuhku tersenyum setelah memberi penjelasan.
“ Oh, pantas aku tidak pernah melihat rapor dan ijazahku.” Gumamku.
“ Ini buktinya.” Ibu asuhku meyakinkanku dengan mengeluarkan sesuatu.
Aku melihat semua bertuliskan Zaid Al-Khusairy, dinding kokoh yang berusaha kubangun akhirnya runtuh juga, kelopak mataku terbanjiri oleh air mataku. Seperti inikah kegigihan mereka demi menyelamatkan nyawaku.
“ Kamipun selalu memperhatikanmu, kamu masih ingat wanita bercadar yang menabrakmu setelah seminar, ingat….?” Tanya ummi.
“ Ya ingat…” Jawabku singkat.
“ Itu adalah ummi.” Ummi tersenyum.
“ Ya sudah, tenangkanlah pikiranmu, Abi dan ummi keluar dulu untuk mengurus administrasimu.” Ayah bersuara ditengah keterkejutanku.
Hening. Ya Allah sekarang ku sadari engkaulah Maha Pengatur, Maha Pengasih, Maha Penyayang, itu terbukti. Bagaimana Ia mengatur skenario hidupku.
“ Assalamualaikum.” Pintu terkuak, mariena masuk, wajahnya tampak cemas.
“ Waalaikum Salam.” Jawabku acuh tak acuh.
“ Kok gitu sih jawabnya, gimana ceritanya kok bisa kecelakaan.” Kata Mariena tersenyum.
“ Siapa laki-laki yang kau peluk sewaktu di mall.” Tanyaku kasar tak mengacuhkan pertanyaannya.
“ Laki-laki yang mana .” Tanyanya bingung.
“ Kau pernah bilang, bersenTuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrim haram, iya kan ?” Sekali lagi aku mengacuhkan pertanyaannya.
“ Iya…tapi siapa yang kupeluk?” Balas Mariena menahan emosi.
“ Andrea.” Jawabku tegas.
“ Ooooo…” Mulut mariena membulat, aku melihat perubahan sikap dari Mariena, air mukanya yang tadinya emosi berubah. Ia tersenyum menahan geli dan cekikikan.
“Kenapa tertawa?” Bentakku.
“Aku lagi serius, bisa-bisanya kau cekikikan.” Mataku merah menahan malu.
“Kamu cemburu ya…..atau mmmm………kamu menyukaiku kan.” Tanyanya tersenyum.
“Ih, jangan ke-GR-an.” Balasku tak rela. Mariena sewot.
“Tapi aku mencintaimu.” Ucapku keceplosan. Gawat, ada rona merah merona menghiasi wajah cantiknya, malu-malu dia berkata.
“Jangan ucapkan kata-kata itu lagi sebelum kau melamarku.”
“Ya…sekarang aku melamarmu.” Kataku tegas. Kami saling tersenyum.
Indahnya skenario yang dibuat Allah, apakah ini arti mimpiku. Ketika aku mencari kebenaran, kebenaran itu menjauh. Tapi suatu ketika aku menyerah, kebenaran itupun datang beserta dengan resiko. Tapi aku tetap bersyukur, karena Allah masih memberi jalan terbaik bagiku.
Samar samar terdengar qari` melantunkan ayat suci Al-Qur`an:

“Fankihuu maa thaaba lakum minannisa`a………..”

Wassalam…..
Selesai Senin Sore 17.30
Di Depan Rayon Al-Islah

Oleh: raudhah1708 | September 4, 2008

Pengumuman Penerimaan STAN t.a. 2008/2009

Pengumuman Penerimaan STAN t.a. 2008/2009

Departemen Keuangan Republik Indonesia akan menerima putra dan putri Warga Negara Indonesia untuk mengikuti pendidikan pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dengan spesialisasi sebagai berikut:
• Program Diploma I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai
• Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai
• Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Kebendaharaan Negara
• Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Administrasi Perpajakan
• Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Pengurusan Piutang dan Lelang Negara
• Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Penilai/Pajak Bumi dan Bangunan
• Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi Pemerintahan
Salah satu syarat bagi pendaftar adalah telah berijazah Sekolah Menengah Umum (SMU)/Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen tahun 2005, 2006, 2007, atau 2008.
Pendaftaran dilaksanakan pada hari dan jam kerja pada tanggal 16 Juni s.d. 4 Juli 2008 pada lokasi yang telah ditetapkan

Kalau gitu langsung aja klik link di bawah ini untuk download pengumumannya.

As-Salamu’alaikum Wr, Wb.

Buat yang ikut SNMPTN 2008 ini dia Pengumumannya, oh ya sebelum lihat pengumumannya jangan lupa baca do’a ya…..!. Selamat sukses semuanya…… J

Ga’ sabarlagi ya langsung aja klik link berikut ini…..

jangan lupa add comment ya…

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2008

Oleh: raudhah1708 | Juli 10, 2008

Pengumuman Seleksi Beasiswa Mesir 2008 2009

mesjid al-azhar

mesjid al-azhar

Assalamu”alaikum Teman-teman semua nih dia pengumuman beasiswa mesir 2008-2009 oh ya selamat ya buat teman-teman aku yang lulus. berikut nama-nama alumni ke 17-2008 Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah yang lulus seleksi. 🙂

DAFTAR NILAI SELEKSI NASIONAL

S1 BEASISWA MESIR TAHUN 2008

DEPARTEMEN AGAMA RI

169 050 HERIZA HAMRA KAMALAINI S1 B Medan 70 78 85 76,2

185 035 NASRULLAH S1 B Medan 65 85 80 76

198 032 MUHTADIL AMRI S1 B Medan 61 85 85 75,4

DAFTAR NILAI SELEKSI NASIONAL

S1 NON BEASISWA MESIR TAHUN 2008

DEPARTEMEN AGAMA RI

77 042 GHUFRAN MUNAJAT S1 NB Medan 71 80 85 77,4

112 039 HASANUDDIN MANIK S1 NB Medan 71 80 75 75,4

164 041 FADLIYANSYAH S1 NB Medan 60 80 85 73

181 034 M. HANAFI SURBAKTI S1 NB Medan 60 80 80 72

190 048 ASRIDAWATI S1 NB Medan 59 80 80 71,6

279 038 AHMAD GHAZALI DAULAY S1 NB Medan 48 80 80 67,2

dan untuk keterangan lebih lanjut silahkan baca artikel berikut.

al-azhar university

al-azhar university

Pengumuman Hasil Seleksi beasiswa Timur Tengah (Timteng) Mesir 2008
Tanggal : 09/07/2008 22:49:00 Sumber : Diktis Depag RI
Ketentuan Hasil Seleksi Nasional Calon Mahasiswa Al Azhar Mesir 2008 / 2009

  1. Seluruh calon penerima beasiswa yang dinyatakan lulus di bawah ini, harus mengikuti test muqobalah pada Embassy of the Arab Republic of Egypt Jakarta. Waktu dan tempat muqobalah menunggu pemberitahuan dari Embassy dan akan dipublish pada website kami. Beasiswa yang ditawarkan oleh Al-Azhar dan Dikti Mesir berjumlah 115 terdiri dari 90 buah untuk S1 dan 20 untuk S2, dan 5 buah untuk Dikti Mesir.
  2. Peserta Calon Penerima Beasiswa S1 adalah mereka yang memperoleh ranking 1 s.d. 243 (nilai tertinggi 95 dan terendah 74); Dari 243 tersebut Embassy akan menyaring 90 orang.
  3. Peserta calon mahasiswa S1 MANDIRI (mengurus dan berangkat sendiri) adalah mereka yang memperoleh nilai minimal 6 ke atas.
  4. Peserta Calon Penerima Beasiswa S2 yang memperoleh rangking 1 s.d. 40 harus mengikuti test muqobalah pada Embassy of the Arab Republic of Egypt Jakarta pada waktu dan tempat yang ditentukan kemudian. Embassy akan memilih 20 (dua puluh) orang penerima beasiswa S2;
  5. Calon Penerima Beasiswa Dikti peraih ranking 1 s.d 8 harus mengikuti test muqobalah pada Embassy of the Arab Republic of Egypt Jakarta. Embassy akan menentukan waktu dan tempat muqobalah serta memilih 5 (lima) orang penerima beasiswa Dikti Mesir.

Berikut Daftar Nilai Seleksi Nasional Beaiswa dan Non Beasiswa Mesir Tahun 2008 (PDF)

  1. Beasiswa S1
  2. Non Beasiswa S1
  3. Beasiswa S2
  4. Dikti Mesir
Oleh: raudhah1708 | Juli 7, 2008

INFO PENERIMAAN SANTRI/WATI BARU 2008

INFO PENDAFTARAN DAN BIAYA DAFTAR ULANG 2008-2009

PDF

Print

E-mail

WAKTU PENDAFTARAN SANTRI/WATI BARU

PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH

TAHUN PELAJARAN 2008-2009


Pendaftaran dibuka Sabtu, 28 Juni 2008

Pendaftaran ditutup Rabu, 16 Juli 2008

Mulai mukim Sabtu, 12 Juli 2008

Ujian Masuk Kamis, 17 Juli 2008

Pengumuman kelulusan Ahad, 20 Juli 2008

Penentuan Kelas Senin, 21 Juli 2008

Mulai Belajar Selasa, 22 Juli 2008

Pertemuan Khusus Wali santri baru Ahad, 27 Juli 2008


BIAYA PENDAFTARAN SANTRI/WATI BARU

TAHUN PELAJARAN 2008-2009


  1. TAMATAN SD/MIN

  1. Uang Tahunan

    1. Biaya Pendaftaran Rp. 40.000,-

    2. Uang Kertas 1 tahun Rp. 150.000,-

    3. Uang Kesehatan Rp. 90.000,-

    4. Uang Pembangunan Rp. 1.250.000,

    5. Uang Organisasi Rp. 80.000,-

    6. Uang Perpustakaan Rp. 30.000,-

    7. Ujian Tsanawiyah Rp. 30.000,-

Jumlah Rp. 1.670.000,-


  1. Uang Bulanan

    1. Uang Sekolah Rp. 130.000,-

    2. Uang Makan Rp. 230.000,-

    3. Uang Air/Listrik Rp. 30.000,-

Jumlah Rp. 390.000,-


Total pembiayaan santri/wati baru untuk tamatan SD/MIN sebesar Rp. 2. 060.000,- ( Dua Juta Enam Puluh Ribu Rupiah )


  1. TAMATAN SMP/TSANAWIYAH

  1. Uang Tahunan

    1. Biaya Pendaftaran Rp. 40.000,-

    2. Uang Kertas 1 tahun Rp. 150.000,-

    3. Uang Kesehatan Rp. 90.000,-

    4. Uang Pembangunan Rp. 1.250.000,-

    5. Uang Organisasi Rp. 80.000,-

    6. Uang Perpustakaan Rp. 30.000,-

Jumlah Rp. 1.640.000,-



  1. Uang Bulanan

    1. Uang Sekolah Rp. 130.000,-

    2. Uang Makan Rp. 230.000,-

    3. Uang Air/Listrik Rp. 30.000,-

Jumlah Rp. 390.000,-


Total pembiayaan santri/wati baru untuk tamatan SMP/MTs sebesar Rp. 2. 030.000,- ( Dua Juta Tiga Puluh Ribu Rupiah )

Untuk info lebih lanjut klik disini

Oleh: raudhah1708 | Juni 24, 2008

TUHAN BERIKAN NAFASKU

Ass…..

Ini adalah satu lagi cerpen karya salah satu Alumni ke-17 pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, selamat Membaca……… 🙂

TUHAN BERIKAN NAFASKU

Oleh: Fachri Parlaungan

(ALUMNI KE- 17 PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH)

LOGO ALUMNI KE-17 AR-RAUDHATUL HASANAH

Juara II

Lomba Penulisan Cerpen 25 tahun Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah

Dan kami yakin kami bukan sendiri, yang akan menapak bumi, dan menatap langit,dan mengatakan, betapa kejamnya dunia.

Tetapi kami adalah seribu, seribu hati yang siap bersatu untuk saling membantu, dan bersiap untuk maju.

Dan ingat Bila seseorang menginginkan sesuatu, ia akan rela menunggu, walau jangka waktu yang sangat lama.

Dan katakanlaah pada dunia, kami bukan penakut, yang takut hidup, dan takut mati.

Teapi kami adalah pedang, yang akan selau siap menerjang, dan dengan berani kami menyatakan, kami bukan “pecundang”.

Plak…plak..plak, terdengar gemuruh tepuk tangan dari siswa-siswi sekolah SMA Nurul Ilmi pada acara resepsi perpisahan kelas akhir SMA Nurul Ilmi. Pembacaan kata perpisahan memang salah satu bagian dari acara resepsian tiap tahunnya.

Pada angkatan ke-17 ini, Hasbilah yang terpilih sebagai pembaca kata perpisahan, Hasbi memang terkenal dengan kata-kata mutiaranya dan keahilannya dalam menyusun kata, kata yang membawa orang terbawa kedalamnya, dan menjadikannya sebagai motivasi hidupnya, semua ini berkat dukungan ayah dan Ibunya, Hasbi sangat menyayangi ayah dan Ibunya, atau mungkin karena ia anak tunggal..!?, tapi ia memang sangat menghormati atau menghargainya, orang tuanya alah motivasi bagi hidupnya, keRidhoannya , adalah harapan baginya, karena ia yakin keRidhoan Tuhannya ada dalam keridhaan kedua orang tuanya, ia berjanji pada dirinya, ia tak akan kembali dari perantauan nanti, sebelum ia sukses nantinya.

Acara resepsian pada resepsian tahun ini berjalannya dengan lancar, walau suasana agak sedikit mendung, dan terkadang gerimis turun, tidak mengurangu kemeriahan dan keharmonisan acara tersebut, acara bertepatan di laksanakan pada hari minggu, sehingga memudahkan wali siswa-siswi yang jauh untuk datang.

Setelah acara perpisahan selesai, siswa-siswi melai sibuk dengan pendidikan selanjutnya, ada yang memutuskan untuk bergeliat dengan si cacing tanah, karena mereka menganggap kuliah itu hanta untuk menambah cari embel-embel saja, atau hanya sekedar gengsi-gengsian, tapi itu hanya sebagian kecil, kebanyakan para alumni mendaftarkan dirinya ke USM (Universitas Sains Malaysia) Penang dengan lokasi yang cantik di dataran hingga pulau penang dan pemandangan laut lepas yang mempesona.

“Bi…, melamun aja, tuh lihat kopimu udah dingin”, sentak Ridho

“Eh kamu dho, buat kaget aja, darimana..? eh rialnya mana?”, Tanya Hasbi samBil mengaduk kembali kopinya.

“Dari depan nganterin Bu lilis ke pengajian, kalo rial nganterin adeknya ke Darul Qura”.

jawab ridha samBil duduk dan melerakkan tas ranselnya di atas meja.

“Ngomong-ngomong kejadianya kapan?”, tanya Ridho.

“Insya Allah tiga hari lagi”, jawab Hasbi lalu meminum kopinya.

“Eh Dho, memang benar kamu ngak mau kuliah?”, tanya Hasbi pada teman karibnya tersebut, teman yang ia kenal dari sekulah pendidikan taman kanak-kanak dan si rial “seniman vap ikan asin”.

Teman memang mempunyai kedudukan sengat penting bagi kehidupan, entah apa jadinya hidup seseorang tanpa kehadiran seseorang teman. Tentu akan terasa hampa dan sepi, tapi kita merasa terlindungi lewar keberadaan teman disekeliling kita. Mereka menjadi tempat kita berteduh dari ketidak ramahan hidup, begitu juga sebaliknya keberadaan keberadaan kita baginya. Hasbi, Ridho, dan Rial seniman cap ikan dan tak ada lagi si Hasbi yang keras kepala.

“Bi, Bukannya aku gak mau, tapi aku tak sanggup untuk membayar perkuliahan nantinya, mending jadi guru ngaji, sudah lumayan Hasbi dari pada kuliah!” ujar Ridho dengan ekspresi meyakinkan. Dan meminum hAbis kopi milik Hasbi, Hasbi hanya terpelengok melihatku.

“Dho, nampaknya kamu haus sekali!”

“memang iya!”.

“aku pesan lagi ya, pak teh dinginya satu!” teriak Hasbi.

“eh Bi, nanti siapa yang bayar?”

“tenang saja, semua aku yang bayar, mumpung masih disini!”, ujar Hasbi samBil menepuk sakunya.

“makasih ya Bi”

Hasbi hanya tersenyum melihat sahabatnya Ridho, lagi-lagi ia terbayang akan kata-katanya ketika resepsi kemarin, ia takut matinya ia akan menjadi pecundang, yang takut hidup dan takut mati.

***

Sengatan mataari pun mulai menampakkan arti hidup, sengatan yang mengartikan hidup itu tidak mudah, sengatan yang akan pernah ramah, kecuali bagi orang-orang yang mengetahui arti hidup yang sebenarnya. Sengatan itu terasa pada ketiga sahabat tersebut, Ridho masih sibuk dengan lantunan huruf ijaiyahnya, yang ia ajarkan pada anak-anak yang akan menjadi pemimpin islam nantinya, dan mengibarkan bendera islam di tanah ilahinya. Sedangakan Rial masiih sibuk dengan Fakultas Seni rupanya, ia sangat berniat membuka sanggar seni nantinya, dan akan menjadi seniman seperti Ki Raden Soleh, Basoeki, Affandi, ataupun seniman-seniman lainnya.

Sedangkan Hasbi masih sibuk dengan fakultas psikologoinya. Dan mereka pun mulai mengetahui makna hidup, Bila kita hanya merasa hidup kita tidak bernilai, tidak punya arti, dengan kata lain, kita merasa hidup kita ini hampa dan sia-sia, orang yang sampai seperti ini, jiwanya akan terasa galau dan pada titiknya, ia akan berpikir bahwa hidupyang tidak berguna dan mungkin leBih baik kalau dirinya tidak hidup di dunia ini.

***

kuteringat hati, yang bertabur mimpi, kemana kau pergi.., terdengar suara nada dering sebelum cahaya, khas nada dering telepon genggam Hasbi yang memecahkan konsentrasinya ketika belajar, tiba-tiba merasa darahnya berdesir, berdesir kencang dan mengalir ke seluruh tubuhnya, ada sesuatu yang ganjil dalam perasannya, tak seperti Biasanya, ia sambut telpon genggamnya yang tak jauh dati meja belajarnya, ia raih dengan tangan bergetar dan perasaan yang cemas.

“Halo, Assalamu’alaikum”

“Wa’ alaikum salam”

“Bisa Bicara dengan Hasbi”, desir darahnya pun semakin kencang, sepertinya ia mengenal suara ini, suara ini sangat akrab baginya, tiba-tiba denyut jantungnya berdetak kencang, tak tau entah kenapa, rasa cemas pun mulai menyusup ke seluruh tubuhnya.

“Ini, ini Hasbi, ini siapa?”,tanya Hasbi mencoba untuk tenang, tenang, dan seenang mungkin.

“Ini Paman hasan Bi”, terdengar suara Paman sangat resah.

“Begini Bi, Paman harap kamu jangan kaget, dan kamu harus tabah, dan tidak mengamBil tindakan gegabah” terdengar kembali suara Paman hasan begitu resah dan memelan.

Hasbi pun semakin cemas dan resah, pori-porinya terbuka lebar, keringatnya pun mengalir bercucuran, panas dingin pun mulai menyusup ke seluruh tubuhnya.

“Apa maksud dari perkataan Paman? Bisik Hasbi dari dalam hatinya.

“Iya, iya Paman Hasbi ngak tau, apa maksud dari perkataan Paman dari tadi”, terdengar suara Hasbi seperti tak kontrol diri.

“Bi, ayah, ayah dan ibumu kecelakaan tadi malam setelah pulang dari pengajian, Paman sudah berusaha menghubungimu berkali-kali, tapi HP mu tidak aktif”, Hasbi pun tidak dapat mengendalikan diri, seakan akan langit runtuh dan menimpa dirinya, dan ia terjatuh denganlinangan air mata yang mengalir dari sudut matanya.

“Lalu bagaimana keadaan mereka sekarang?”, tanya Hasbi kuatir dengan mata yang masih basah dan membasahi pipinya.

“Maaf Bi, kata dokter mereka tak dapat di selamatkan lagi, ayah, ayah, sudah meningal dunia, Paman harap kamu harus tabah, Paman sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Bi,Bi,Bi, halo Bi!?”.

Tak tersasa Hasbi sudah melepaskan Hpnya, ia tak kontrol diri, ia tertunduk di atas lantai samBil mengenggam erat rambut lurusnya lalu menendang dan melempar barang-barang yang ada di sekitarnya, linangan air mata pun mengalir begiru deras, Hasbi terbayang pada cita-citanya yang diinginkan kedua orang tuanya, dengan kesuksesannya di fakultas psikologis terbayang pada harapan-harapan hidupnya, yang tak akan kembali sebelum sukses nantinya, terbayang akan perkataannya yang menyatakan kami bukan penakut , yang hidup dan takut mati dan menyatakan kami bukan “pecundang”. Sepasang matanya itu masih tetap basah dan membengkak, tak tau, apa yang sebenarnya ia harus tangisi, ia membutuh teman untuk membagi, membagi kisah sedih dan luka yang dialami untuk “Ridho,Rizal?!”, tiba-tiba dunia pun gelap, gelap dan sangat gelap.

Langit pun menunjukkan sebercak cahaya senjanya, yang mengartikan kekuasaan sang pencipta, walauun terkadang makhluknya tak pernah mau tau itu miliknya, kecuali bagi makhluknya yang merasakan dan hanya untuknya semata.

***

Seminggu sudah di lewatkannya, ujian semester sudah di laluinya tetapi ia masih mengingat musibah yang menimpa kedua orang tuanya. Hasbi pun meraih telpon genggamnya, dan menghubungi Pamannya.

“Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikum salam”

“Paman, aku mau putuskan untuk pulang ke padang, sepertinya aku ngak enak badan”, terdengar suara Hasbi memelah lemas dan mata yang masih membengkak setelah kejadian tujuh hati yang lalu.

“Bagaimana dengakn kuliahmu?”, tanya Paman.

“Kami libur semester bulan ini”, jawab Hasbi masih dengan suara lemas.

“Ya udah, kamu tunggu di terminal, Paman akan menjemputmu”.

“Baik Paman, Assalamu’ alaikum”

“Wa’alaikum salam”.

Terik dan sengatan matahari mulai menunjukkan kekejaman dunia ia tak tahu apakah dunia benar-benar kejam, atau karena nalurinya yang mengatakan”Aku memeang pecundang”.

Perjalanan dari kediri ke oadang memang sangat melelahkan, Bisa jadi 3 atau4 hari dlam perjalanan, tapi itulah hidup, harus berjuang dan pantang mundur.

***

hari demi hari telah berlalu, Hasbi masih tetap sana diam, wajah kosong tanpa ekspresi masih tersirat pada wajah yang pucat, seakan-akan, ada dorongan pada dirinya untuk berBicara dan mengatakan “mana jati diriku”. Sang Paman pun Bingung melihatnya, ia teringat dengan ayah Hasbi, abang kandungnya, ayah Hasbi sangatlah tegar dan tabah orangnya, santun pada orang lain, dan penyabar, ia tak tau apakah Hasbi sama dengan ayahnya, lalu Paman pun teringat dengan kertas ayah Hasbi yang ia temukan terslip di buku kerja ayahnya.

“Bi..,” sentak Paman dari lamunannya, lalu duduk disampingnya.

“Kamu kenapa Bi..? kalau ada masalah Bilang sama Paman, barang kali Paman Bisa mengatasinya”.

Hasbi hanya diam, diam, dan …

“Paman” Hasbi pun mengangkat suaranya, walau terdengar pelan.

“Aku tak tau apa yang sebenarnya aku pikirkan, aku tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada diriku, aku tak tahu apa yang sedang kusedihkan”, Terdengar suara Hasbi meninggi dan setetes air mata pun mengalir dari sepasang mata yang nampak memucat itu.

“Bi.., sepertinya kamu masih memikirkan kejadian itu, maafkan apAbila Paman kurang memperhatikanmu, ini Paman menemukan kertas milik ayahmu, Paman temukan terselip di antara buku kerja ayahmu”.

Hasbi pun menerima surat tersebut dan membacanya.

ya Tuhan, berikanlah hamba seorang putra yang cukup kuat untuk menemui kelemahan, tabah dan bangga dalam kekaalhan, jujur rendah hati dalam kemampuan .

Berikanlah hamba seseorang yang putra yang mampu mewujudkan cita-cita, dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angan saja.

Seorang putra yang sadar, bahwa mengenalmu dan mengenal diri nya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Ya Tuhan, janganlah pimpin putraku di dalam jalan yang mudah dan lunak,namun tuntutlah ia dijalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.

Tak terasa mata Hasbi mengalirkan air mata yang begitu deras dan sangat deras, lalu ia pun mengusapnya dengan punggung tangannya, lalu melanjutkan bacaannya.

BimBinglah ia untuk tegak dalam phara dan rasa kasih kepada mereka yang tidak berdaya, ajarilah ia untuk berhati tulus dan bercita-cita tinggi, mampu memimpin orang lain.

Berikanlah hamba seseorang putra yang mengetahui makna tawa ceria tanpa melupakan tangis dan luka.

Dan akhirnya Bila semua ini telah terwujud, hamba ayahnya akan memberanikan diri memBisik “hidupku tdak sia-sia”

Isak tangisan pun tak dapat di tahannya dan mengusapnya lagi dengan punggung tanggannya.

“Bi, Allah itu maha pengasih lagi maha penyayang, dan ia maha adil, Allah tidak akan menurunkan atau memberikan cobaan pada hambanya , kecuali karena memang sanggup, dan kuat untuk menahannya”, jelas pada Hasbi mencoba membantu.

“Bi, yang berlalu Biarlah berlalu nanti kamu di beri musibah leBih dari ini, kamu Bisa saja kufur dan mungkin akan berpaling darinya”.

“Bi, ingat, hidup itu tak selalu seperti yang dimau dan yang diharapkan,apa arti hidup Bila tidak ada masalah-masalah yang selalu ada”.

“Bi, ini bukan kiamat bangkit, kabulkan harapan ayahmu!” suara Paman mulai meninggi, Hasbi masih tetap menangis, ia teringat dengan ayahnya yang kurus.

“Bi, ingat kisah nAbi ayyub AS, ketika borok dan belatung yang menggorok seluruh tubuhnya, hampir sekujur tubuhnya hAbis dimakan. Lalu ia berkata “ya Tuhan, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan engkau adalah Tuhanku yang maha penyayang di antara semua penyayang. Dan ia meminta untuk tidak menghAbiskan hati dan lisannya. Karena ia takut Bila hatinya tidak ada lagi nanti, ia mungkin akan kufur dan berpaling darinya, dan apAbila lisannya tidak ada lagi nanti, tak ada lagi semenanjung munajat cinta di setiap tahajudnya, ia hanya meminta itu saja, coba Bila masalah ini ada pada dirimu, tentu kamu tak akan kuat.”

“Hik..,hik..,hik…” terdengar isakan Hasbi semakin kuat, dan membanjiri pipi kusutnya, ait mata yang memberi kehidupan kembali, pada dirinya.

“Maafkan aku Paman..!”, peluk Hasbi pada Pamannya, sang Pamanpun menyambut dengan bahagia, tak terasa air mata sang Paman ikut mengalir, mengalir membasahi pipinya yamg keriput dan tua, air mata kebahagiaan dari dirinya.

“Aa..aa..aa, sakit Paman, sakit”.

“Bi, kamu kenapa ?”tanya Paman kaget.

Tiba-tiba Hasbi mengerang kesakitan samBil memegang dada kirinya, rasa sakit yang sangat menyakitkan, ia kerahkan seluruh tenaganya untuk menahan rasa sakit tersebut, tetapi Hasbi tak kuasa menahan rasa sakit itu, tasa sakit yang membuka pori-porinya dan mengeluarkan butiran-butiran keringatnya, rasa sakit yang membuat dunia sekaan-akan terbalik dan runtuh menimpa sekujur tubuhnya, ia teringat kembali dengan kertas milik ayahnya, yang menghadapkan seorang anak yang mampu mewujudkan cita-cita dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angan saja. Dan pada kata-katanya bahwa ia bukan penakut, yang takut hidup dan takut mati, dan ia tak tahu apakah akhir hidupnya adalah sebagai pecundang, pecundang yang mati karena hal-hal yang disesalkan.

Oh Tuhan…, apakah ini yang dinamakan kematian, menahan rasa sakit yang begitu mendalam, melemparkan ruh dan raga dengan paksaan, oh Tuhan aku tak kuasa.

Tiba-tiba dunia gelap, gelap dan sangat gelap, menghilang karena bersama seluruh cahayanya. Dan menelan keresahan dan menghamparkan kesunyian, kesunyian hati, kesunyian kehidupan, kesunyian harapan. Dan kembali hatunya berBisik “AKU TAK MAUMATI SEBAGAI PECUNDANG”.

Langit pun menunjukkan kembali sengatannya, sengatan yang mengartikan hidup itu tidaklah mudah. Dan akan menunjukkan kekuasaannya, di kala senjanya pun tiba, senja dikala sengatan tersebut mulai ditundukkan, menundukkan segala perasaan dan rasa sakit hidup, dan semua itu hanya dapat diartikan olehnya, hambanya yang mengetahui bahwa hidup, dan semua itu hanya dapat diartikan olehnya, hambanya yang mengetahui bahwa hidup hanya miliknya semata.

***

Hasbi masih tertidur dan tertidur, sudah dua hari Hasbi pingsan, dan belum sadarkan diri setelah menahan rasa sakit di dadanya, Paman langsung melarikannya ke rumah sakit, dan langsung diinfus hingga menghAbiskan 9 botol infus, kata dokter, kata dokter, Hasbi terkena serangan jantung akibat stress dan gangguan batin yang dialaminya. Paman hasan masih terus menangis, ia takut akan terjadi apa-apa dengan Hasbi,selama dua hari Paman menjaga Hasbi dari tidurnya nanti, tak ada seorang pun yang berada disampingnya, di sampingnya untuk menemani dalam sedih dan sakitnya.

“Hasbi, betapa berat cobaan yang harus kamu hadapi”, Bisik sang Paman dalam hatinya, Paman pun teringat dengan kertas milik ayah Hasbi yang berharap putranya tidak dipimpin didalam jalan yang mudah dan lunak, namun tuntutlah ia dijalan yang penuh hambatan dan godaan kesulitan dan tantangan.

Kembali tetesan air mata sang Paman mengalir dari sudut matanya.

“Hasbi, kuatkanlah dirimu dari segala cobaan ini, kabulkanlah harapan ayahmu, harapan teman-temanmu, Paman yakin, kamu akan berhasil dari cobaan ini”.

Hasbi masih tetap tidur dan tidur dalam heningnya, dari dalam tidurnya, Hasbi melihat hamparan padang rumput nan hijau dan begitu asri dengan udara yang begitu sejuk, sejuk dan sejuk sekali, dan dihiasi pohon cemara disekelilingnya, dan langit nampak sangat bersahabat, dan pakaian serba putih yang ia kenakan, tapi ia heran mengapa ia disini sendiri disini. “Tiba-tiba”

“Bi………..”, ia terkejut, seseorang memegang pundaknya, terdengar suara yang begitu akrab di telinganya , Hasbi pun membalikkan badannya.

“Ridho…,rial…”, tetesan air mata kerinduan pun terpecah di mata mereka, lalu memeluknya.

“Mang ngapain kalian disini? Tapi kita ada dimana?” tanya Hasbi heran. Dengan mata yang masih basah, dan ia leBih heran lagi melihat mereka memakai pakaian serba putih.

“Kami datang untuk menjemputmu, membangunkanmu dari alam resahmu” ujar rial, Hasbi masih tetap menangis, menangis dan menangis.

“Bi, kamu masih ingat dengan kata-kata perpisahanmu, bahwasanya, kita yakin, kita bukan sendiri, yang akan menapaki bumi, dan menatap langit, dan mengatakan, betapa kejamnya dunia, tetapi kita adalah seribu, seribu hati yang siap bersatu, untuk saling membantu, dan bersiap untuk maju. Dan ingatkah kamu apa yang kamu katakan, Bial seseorang , menginginkan sesuatu, ia akan rela menunggu, walau jangka waktu yang sangat lama. Dan bersama kita katakan pada dunia, bahwa kita bukan penakut, yang takut hidup dan takut mati.

Tetapi kita adalah pedang, yang akan siap menerjang, dan dengan berani kita menyatakan kita bukan pecundang. Tetesan air mata pun terus mengalir dari bola mata Hasbi, Ridho dan rial, dan terkadang Hasbi terisak-isak.

“Bi…, kamu tidak sendirian dunia ini, masih ada aku dan Ridho yang akan menuntunmu untuk hidup”, ujar rial.

“Bukan kami saja, tetapi seluruh teman-temanmu, teman-teman kita,” Ucap Ridho.

Isakan air mata Hasbipun meledak.

“Ridho…Real…”.

Hasbi pun memeluk kedua sahabatnya lagi, Ridho dan rial pun tak tahan menahan ledakan tangisan tersebut, Ridho dan rial pun memeluk erat, seerat persahabatan mereka, tiba-tiba Hasbi melihat dari kejauhan segerombolan orang-orang berbondong mendekati mereka, dengan memakai pakaian serba putih sama, dan ia lihat wajah itu tak asing baginya.

“Aji…..,Mamat….,Sholeh….,Lina….,teman-teman!”, senyum Hasbi pun mengembang dan disertai air mata kebahagiaan, wajah-wajah itu pun tersenyum, menyambut senyum bahagia Hasbi.

Tiba-tiba dunia kembali gelap, gelap dan gelap sekali, dan mata Hasbi pun tergerak dari tidurnya. Ia buka matanya perlahan-lahan, dan ia melihat dengan samar-samar.

“Ridho…,Rial…,” Hasbi terkejut melihat Ridho dan rial sudah berada di sampingnya, bukan hannya Ridho dan rial, tapi aji, mamat, sholeh, ina dan teman-temannya, hingga kamar yang ia tempati pun padat sampai keluar, linangan air mata pun mengalir kembali ke pipi susutnya.

“Bi, kamu lama sekali bangunnya, kami sudah lama menunggumu”, tak terasa air mata Ridho dan rial pun meluncur dari sudut mata mereka berdua, air mata kebahagiaan.

“Si.., siapa yang menghu….”

“Paman hasan yang menghubungi kami, katanya kamu sakit parah”, potong rial sebelum Hasbi menyelesaikan kata-katanya.

“karena Paman yakin hanya persahabatan dan kesabaran yang dapat menyembuhkanmu, motivasi dan Ridho, dukungan dari rial karena sahabat itu bagaikan air minum yang tak akan pernah terlepas dari kita, yang akan memberi kekuatan disetiap kehausan, dan memberi pertolongan disetiap kesusahan, dan sahabat itu juga bagaikan pasak dan tiang yang akan saling melengkapi, untuk berdiri kokoh menghadap langit, dan mengetahui bahwa di dunia ini, ia bukan sendiri.

“Dan ingat , tidak ada kekuatan yang leBih besar dari keyakinan, tak ada dorongan leBih besar dari rasa cinta, dan tidak ada penolong yang leBih sejati dari kesabaran”.

Isakan air mata Hasbi menundukkan sengatan teriknya, dan menunjukkan sebercak cahaya senja yang begitu menarik indahnya, yang menunjukkan kekuatan sang pencipta, kekuasaan yang tiada tara, dan ia pun dapat memahami, bahwasanya Allah itu maha pengasih lagi maha adil.

Hasbi pun kembali tersenyum

Seakan akan Tuhannya memberikan nafasnya kembali.

Nafas kehidupan.

Nafas harapan.

Wassalam

Older Posts »

Kategori